Pemuda "Mohon maaf Pak!!, di sini desa / kampung yang terdekat di mana ya Pak?".
Adam bin Idris "Lha di sini, (sambil menunjuk ke kuburan)".
ketiga Pemuda dengan geramnya memukul Adam bin idris hingga babak belur. Kemudian lewat seorang penduduk di sekitar sana, dan menghentikan 3 pemuda tersebut, dan berkata
Penduduk "Apakah kalian tidak tahu, kalau beliau itu adalah Adam bin Idris, ulama terkenal?".
3 pemuda sambil ternganga, seakan tidak percaya, bahwa yang telah mereka pukuli adalah Adam bin Idris.
Dengan wajah penuh ketakutan karena jika Adam bin Idris meminta sesuatu yang buruk terhadap mereka kepada ALLAH, merekapun meminta maaf kepada Adam bin Idris.
Namun dengan senyum penuh sayangnya Adam bin Idris kepada ke 3 pemuda tersebut, beliaupun malahan mendoakan ke 3 orang pemuda tersebut "ya ALLAH, masukkanlah mereka ke dalam surgamu".
Dengan penuh rasa takjub, tidak percaya, dan senang yang bercampur aduk kepada Adam bin Idris, mereka kemudian berterima kasih kepada Adam bin Idris. Masih dengan perasaan penasaran, mereka bertanya kepada Adam bin Idris
3 Pemuda "Wahai ulama, mengapa engkau mendoakan kami, padahal kami sudah memukul engkau hingga babak belur?".
Adam bin Idris "Aku berterima kasih kepada kalian, karena itu aku berdo'a kepada ALLAH agar kalian dimasukkan ke dalam surga".
3 Pemuda "Lho, kami sudah memukuli engkau wahai ulama, mengapa engkau malah berterima kasih kepada kami?".
Adam bin Idris "Kalian telah menguji kesabaran hatiku dengan memukuliku, jika aku membalas, maka hilanglah semua dariku".
Mereka masih dengan keheranan terhadap Adam bin Idris bertanya lagi
3 Pemuda "Mengapa saat kami bertanya dimana desa terdekat, malah engkau menunjukkan kuburan ini? yang membuat kami menjadi geram".
Adam bin Idris "Apakah engkau tidak pernah tahu, memang inilah kampung/desa terdekat untuk kita, kita akan segara di sini".
Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil contoh, betapa kita harus dapat menjaga kesabaran. Karena ada dua tanda seorang manusia itu beriman, yaitu bersabar dan bersyukur, keduanya tidak dapat terpisahkan, pada saat seorang bersabar menanti rezeki ALLAH, merekapun juga bersyukur karena dihindarkan dari bahaya yang lain dan sebagainya.
Tapi mengapa saya memberikan judul kain keset, adalah di bagian ini. Apakah benar akan masuk surga secara sekonyong-konyong orang yang didoakan oleh orang yang dekat dengan ALLAH untuk masuk surga. Perumpamaan ini diibaratkan sebagai kain keset.
Kain keset walaupun berjasa telah membersihkan kaki orang, dia hanyalah sang keset yang tidak dapat dimasukkan ke dalam lemari, dan doa tersebut sebagai alat pencuci, kain keset yang telah dicuci sebersih apapun, tidak akan pernah dia dimasukkan ke dalam lemari.
Akan tetapi jika kain keset tersebut dapat mengubah dirinya menjadi baju, maka tidak mungkin dia akan berada di luar lemari.
Seperti manusia, apabila dia tidak mengubah dirinya sendiri agar dapat menjadi baju, atau menjadi lebih baik, maka dia tak elaknya seperti kain keset yang walaupun dibersihkan / didoakan oleh seorang ulama sekalipun, dia tidak akan pernah masuk ke lemari / surga.
Mohon maaf, bagi Anda yang masih awam, jangan terlalu memikirkan blog ini dengan terlalu sungguh-sungguh, jika tidak sesuai dengan hati Anda. Terima kasih, dan ditunggu selalu komentarnya
(kisah tersebut telah berbeda dari cerita awalnya, namun dengan inti yang sama, mohon maaf jika ada kesalahan dalam bercerita)
0 comments
Post a Comment