Today is 17 January 2008

No Comments
ilustrasi, bukan gambar aslinya
Hari ini aku mulai dengan sebuah upacara seperti biasa, iya, hari ini tanggal 17, yang notabene untuk setiap perusahaan yang masih milik negara harus ada upacara bendera. Hari ini aku berangkat lebih pagi, karena upacara akan dimulai jam 6:45, dan semakin mundur karena persiapannya hingga sampai jam 7 lebih mungkin.

Siap gerak, kali ini dan seperti upacara-upacara sebelumnya pemimpin upacara adalah Bapak Satpam, yang sampai saat ini saya belum tahu namanya, hanya 2 orang satpam yang baru kukenal hingga saat ini, Pak Heri dan Mas Arif. Pembina upacara, juga seperti upacara bulan kemarin, manager baru kami, namanya Pak Isdenta Sinurat. Aku berdiri, berbaris di depan, bersama teman perempuanku, Farah namanya. Yah, itulah kalau masih OJT, serasa kita diperlakukan sebagai anak kecil yang bisanya hanya menangis dan harus mengalah dengan orang yang lebih tua. Namun semua itu gak jadi masalah jika kita tidak menambah panjang masalah seperti itu, kita hidup di lingkungan sosial dan pada umumnya ada pasang surut pergaulannya. (Ah, lutcu banget, memikirkan masalah dunia yang kadang tiada habis perkara satu akan muncul perkara yang lain).

Upacara dimulai, sesi-sesi upacara berjalan seakan terasa melambat, seperti siput yang merayap, berjalan (apalah namanya) ke ujung pohon. Dengan perasaan dan tubuh yang tegang, walaupun tidak ada keringat yang mengalir dari dahi, kepala ataupun pelipis, karena hari ini udara sejuk, tidak terlalu panas dan tidak mendung, kalau orang percuacaan bilang, suasana di sini berawan.

Cuit, cuit, cuit, cuit, suara burung pipit yang seakan mengejek, "hai manusia, apa yang kaulakukan?, kenapa tidak sepertiku yang bebas terbang ke sana kemari, walaupun terkadang aku tidak tahu kemana terbangku tuju, tapi aku dijamin rezeki oleh Sang Maha Kuasa. Aku hanya perlu mengepakkan sayapku, dan pergi entah kemana, lalu ada sebuah biji tergeletak di atas bumi, dan aku tidak pernah tahu, kenapa bisa seajaib itu, aku hanya percaya bahwa Tuhanku yang memberikan itu semua. Namun aku adalah makhluk yang diciptakan Tuhanku dan Tuhanmu yang senantiasa bersyukur, aku bersujud, aku berdzikir, akan tetapi engkau tidak akan pernah mendengarnya. Karena di hatimu masih banyak sesuatu hal yang aku tidak diberitahu oleh Tuhanku mengenai hal itu. Kau adalah penjaga bumi, bahkan tidak ada makhluk lain yang mau diberi tugas oleh Tuhanku, karena tugas itu memang sangat sulit, gunungpun akan hancur karena tugas itu. Baiklah, aku pergi dulu!!".
Perasaan tegang yang tadi ada, hilang entah kemana, pengakalan serius memperhatikan pembina upacara hilang begitu saja dari pikiran. Pikiran menjelajah kesana kemari, kadang kembali ke upacara, kadang menghilang lagi entah kemana.

Yang terasa hanya perasaan terkekang, jika memikirkan tentang peraturan pekerjaan di perusahaan. Namun adakalanya kita harus menikmatinya, di sisi lain kita juga terkekang peraturan Tuhan. "Peraturan Tuhan, apalagi ini? Dalam hidup, apapun yang kita lakukan selalu dan tidak akan pernah terlepas dari pandanganNya, apa yang kita lakukan dalam hidup ini, bahkan yang lebih hebatnya lagi Tuhan tahu apa yang ada dalam hati kita. tidak ada perumpamaan yang dapat dijadikan padanan dalam hal ini olehku."

Kemudian kugerak-gerakkan jari-jari kakiku, kalau boleh dibilang telapak kakiku ikut kugerakkan. Lalu kulihat bunga di taman, ya, kami upacara menghadap ke taman yang di tengahnya ada bendera merah putih, lambang negara yang notabene merah melambangkan berani dan putih melambangkan suci, entah mungkin itu karangan orang dahulu atau pahlawan yang menyobek bendera belanda yang dulunya ada tiga warna dan tersobek oleh pejuang dan tinggal dua warna, mungkin karena itu juga para pahlawan menghormati pejuang bendera tersebut dengan membuat karangan warna dari masing-masing bendera, entah apa maksud orang-orang terdahulu.

Kembali ke bunga tadi, entah apa namanya bunga itu, warnanya merah, dan memiliki daun kecil, namun banyak, yang kalau dipetik dan dihirup tangkainya akan terasa manis, mungkin itu madu dari sang bunga, mungkin itu perumpamaanku bagi wanita sholehah, indah di luar dan manis di dalam, ah, kenapa melantur ke masalah ini, oh, indahnya alam ini, namun teringat kata-kata yang ada di buku bacaan tadi malam, janganlah engkau suka padaku, karena aku hanyalah fitnah, kata dunia fana ini.
Kemudian kuliah disekitar rerumputan di taman, di sebelah rerumputan itu ada tanaman kecil-kecil, memiliki banyak daun, namun hanya memiliki bunga berwarna kuning, di sana kulihat serangga mungil, diam memegangi erat si daun tanaman tersebut, seakan kokoh semangatnya untuk tak mau terlepas dari sang daun walaupun terkena angin yang bertiup lumayan kencang, sambil menggerak-gerakkan antenanya, seakan mengajakku untuk semangat dan kokoh dalam menjalani hidup. Jangan lepaskan janji yang telah engkau perbuat begitu saja, bagaikan kuatnya cengkraman serangga tadi terhadap daun, walaupun badai halangan dan rintangan besar, jangan, jangan, dan jangan lepaskan, kokohkan hatimu untuk mencapai kehidupan yang lebih baik esok.

Tanpa terasa, petugas upacara membaca do'a, yang artinya upacara akan segera berakhir, terima kasih Tuhan semesta alam. Oh iya, juga terima kasih sekali lagi kepada teman perempuanku, yang hari ini tidak seliwengan (sempoyongan) akibat tidak kuat berdiri, katanya dia darah rendah, dua upacara yang lalu, dia meninggalkan upacara karena tidak kuat dan duduk di belakang. Untuk teman perempuanku, jangan patah semangat, dan jaga apa yang telah engkau janjikan kepada semua orang.

Sudah aku mau kerja dulu.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments

Post a Comment